Medan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan Indonesia Development Design Center (IDDC) Kementerian Perdagangan, serta pemerintah daerah meluncurkan Desa-desa Devisa Rotan Sukoharjo beberapa waktu lalu.
Desa yang terletak di tengah Pulau Jawa ini memiliki potensi dan keunikan dari hasil kerajinan rotan yang telah menghidupi mayoritas warga desa selama 96 tahun. Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan Indonesia, LPEI memiliki fungsi untuk mendorong pertumbuhan ekspor nasional melalui penyediaan pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultansi ekspor.
Desa Devisa merupakan salah satu program unggulan melalui Jasa Konsultasi LPEI dalam memberdayakan UKM berbasis pengembangan komunitas. Desa Devisa Rotan Sukoharjo menjadi Desa Devisa ke-195 yang didampingi oleh LPEI.
Kepala Kantor Cabang LPEI Surakarta, Irwan Prasetiyawan, menjelaskan, pendampingan yang dilakukan LPEI di Desa Devisa Rotan Sukoharjo menyasar setidaknya 30 UKM kerajinan rotan. “Kegiatan ini mencakup beberapa materi pendampingan terkait perizinan, prosedur dan dokumen ekspor, akses pasar, hingga pengembangan desain produk kerajinan rotan,†ujar Irwan dalam keterangan tertulis di Medan, Kamis (30/3).
Para pengrajin di Desa Trangsan, Kabupaten Sukoharjo juga tak lepas dari berbagai tantangan dalam mengelola desa secara mandiri. Gejolak usaha masih terus dirasakan bahkan setelah hampir 1 abad berjaya.
Apalagi, permintaan yang tinggi membuat para pengrajin kesulitan dalam hal kapasitas produksi dan pengembangan produk. “Kendala kita selama ini terjebak pada pengembangan inovasi dari desain yang sudah ada.
Tidak seperti perusahaan besar yang memiliki tim risetnya sendiri, para pengrajin memerlukan ‘pengungkit’ untuk melahirkan ide segar pengembangan produknya. Terlebih, proses pembuatan kerajinan rotan yang berkualitas butuh perhatian, waktu, dan ketelitian.
Kita memerlukan pendampingan dari mentor yang bisa mengarahkan. Adanya pendampingan dari LPEI sangat kami sambut baik dengan harapan dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi dan skala usaha pengrajin desa ke pasar global,†ucap Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya, Suparji.
Sebelumnya, Desa Trangsan telah terbukti meningkatkan kontribusinya terhadap devisa negara dari tahun ke tahun. Kepala Seksi PKC V Bea Cukai Surakarta, Agung Setijono mengungkapkan, Desa Trangsan menyumbang devisa lebih dari US$3 juta di tahun 2019, US$5,4 juta di tahun 2020, dan US$5,7 juta di tahun 2021. “Program Desa Devisa Rotan Sukoharjo ini dapat menjadi batu loncatan bagi Desa Trangsan untuk meningkatkan kontribusi devisanya secara berkelanjutan,†kata Agung.
Saat ini, Desa Trangsan memiliki 220 usaha pengrajin kayu rotan yang aktif memproduksi 150 kontainer kerajinan rotan setiap bulannya.
Tak tanggung-tanggung, terdapat total 5.000 hingga 6.000 pekerja berkontribusi dalam kegiatan produksi setiap harinya dan lebih dari 60% penduduk desa adalah kelompok pengrajin.