Kita juga melihat dunia maritim Aceh saat ini sangat tinggi dalam mengekplorasi sumber daya alam di Aceh, terutama di blok Andaman. Mobilitas kapal-kapal dalam melayani blok Andaman pada saat ini di awaki crew dari luar daerah. Semoga ini bisa didengar oleh Pemerintah Aceh dan bisa membantu untuk kemajuan pelaut Aceh.
ACEH – Pelaut Tanoh Rencong (PTR) gabungan para pelaut asal Aceh yang bekerja di sejumlah kapal laut di seluruh dunia berkumpul mengadakan silaturahmi dan buka puasa bersama.
Mereka mengangkat tema silaturahmi kali ini “Melalui silaturahmi kita jalin kebersamaan antar pelaut Aceh”, Jumat (5/4/2024) di Kota Lhokseumawe.
Ketua PTR Aceh, Capt Fadlhi,S.E.,S.H.,M.Mar mengatakan, seperti tahun-tahun sebelumnya buka puasa bersama disemarakkan dengan hadirnya anggota yang begitu antusias berjalan dengan lancar dan sukses.
Acara ini digagas oleh pengurus senior PTR Ibni. Kegiatan silaturahmi tersebut membicarakan tentang eksistensi PTR dan program kedepan demi membangun SDM Pelaut Tanoh Rencong, terutama para pelaut yang sudah terhimpum di dalam organisasi ini. Kedepan berencana membenahi PTR dengan melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes), setelah terlaksana mubes membentuk kepengurusan baru, sekaligus revisi pengurus, kaderisasi anggota baru untuk menempati posisi bidang-bidang di PTR, supaya regenerasi tetap berjalan agar PTR ini kedepan semakin solid.
“Dengan adanya junior-junior yang bergabung di PTR akan membuat PTR menjadi lebih solid kedepannya. Kita juga melihat dunia maritim Aceh saat ini sangat tinggi dalam mengekplorasi sumber daya alam di Aceh, terutama di blok Andaman. Mobilitas kapal-kapal dalam melayani blok Andaman pada saat ini di awaki crew dari luar daerah. Lewat momen silaturahmi dan buka puasa bersama ini, kita memberikan suatu informasi bahwa di Aceh, sudah banyak pelaut Aceh yang juga bisa menempati posisi di kapal-kapal tersebut,” kata Capt Fadlhi.
Capt Fadlhi juga berharap perusahaan-perusahaan pelayaraan yang kapalnya beroperasi di wilayah Aceh memberikan perhatian kepada putra daerah, paling tidak disediakan kouta pelaut lokal. Karena di dalam wadah PTR sudah ada pelaut-pelaut yang sudah berpengalaman dan bersertifikat di bidang Offshore.
“Kita juga ingin menunjukkan eksitensi pelaut asal Aceh melalui acara ini kepada Pemerintah Aceh, BUMN, serta Perusahaan Swasta yang beroperasi di wilayah Aceh, antara lain seperti, PEMA, BPMA, BPKS , PT. Perta Arun Gas, PT Pertamina PHE NSO, PT. PIM, ASDP, PELINDO, Serta PT Mifa Bersauda di Meulaboh yang menggunakan jasa pelaut. Kita mengharapkan kepada perusahaan-perusahaan besar tersebut bisa memaksimalkan pemberdayaan pelaut Aceh, apalagi perusahaan-perusahaan ini sudah cukup lama beroperasi di wilayah Aceh.
Kami tidak mengatakan tidak ada pelaut Aceh yang terserap, hanya prioritasnya masih sedikit sekali,” harap Capt Fadhli.
Harapan kami kepada pemerintah Aceh dalam melakukan regulasi kontrak kerja dengan perusahaan asing atau perusahaan mana saja, baik perusahaan nasional maupun internasional agar memberlakukan azas Cabotage yang menguntungkan putra daerah Aceh. Kami bukan meminta secara utuh, hanya meminta diberi kuota sebagai bentuk kearifan lokal, mungkin seperti di offshore ada keterwakilan Pelaut Tanoh Rencong, yang nantinya juga bisa mengurangi pengangguran di Aceh.
Adanya atensi pemerintah daerah dengan kearifan lokal dan PTR juga terus berjuang dan bersuara untuk membantu putra daerah, kami rasa akan menjadi modal yang besar dalam perkembangan maritim dan kemajuan pelaut Aceh.
Capt Fadlhi menambahkan, untuk di wilayah Pase seperti Lhokseumawe dan Aceh Utara, adanya PT. Perta Arun Gas, Pelindo diharapkan kedepan bisa kita maksimalkan lagi penyerapan tenaga pelaut lokal, karena PT. PAG saat ini telah dijadikan sebagai hub LNG di Asia sehingga pelabuhan Arun menjadi sangat sibuk sekarang, dan membutuhkan banyak tenaga kerja pelaut dalam melayani kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan Arun. Semoga ini bisa didengar oleh Pemerintah Aceh dan bisa membantu untuk kemajuan pelaut Aceh. (*)