Perkembangan Inflasi Peningkatan Harga Barang dan Jasa dari BPS di Wilker Bank Indonesia Lhokseumawe

  • Bagikan
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Lhokseumawe Gunawan. doc/Humas BI Lhokseumawe

LHOKSEUMAWE – Lhokseumawe mengalami inflasi atau peningkatan harga barang dan jasa secara umum sebesar 0,47 persen (month to month/mtm), nilai tersebut lebih tinggi  dibandingkan bulan Juni 2022 mengalami inflasi sebesar 0,45 % (mtm) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Lhokseumawe.

Jika dibandingkan dengan dua kota lainnya yang menjadi penghitungan inflasi di Provinsi Aceh, inflasi Kota Lhokseumawe pada bulan Juli 2022 terendah dibanding Meulaboh dan Banda Aceh.

Meulaboh dan Kota Banda Aceh tercatat inflasi sebesar 1,12 % dan 0,98 % (mtm). Sedangkan scara keseluruhan, Provinsi Aceh mengalami inflasi sebesar 0,86 % (mtm). Nilai ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,75 % (mtm). “Secara nasional, pada bulan Juli 2022 terjadi inflasi sebesar 0,64 % (mtm),” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Lhokseumawe Gunawan dalam siaran pers, Sabtu (6/8).

Berdasarkan perkembangan tersebut, maka inflasi tahunan Kota Lhokseumawe pada Juni 2022 mencapai 5,80 % (year on year/yoy) atau lebih tinggi dari rentang sasaran inflasi Pemerintah tahun 2022 sebesar 3,0 % ±1 % (yoy).

Adapun inflasi Kota Lhokseumawe pada bulan Juli 2022 bersumber dari peningkatan harga pada kelompok pengeluaran yaitu kelompok transportasi dengan inflasi 2,30 % .

Ada lima komoditas yang mengalami peningkatan harga dan tentunya memberikan andil inflasi terbesar. Di antaranya cabai merah (0,30 % ), angkutan udara (0,20 % ), cabai hijau (0,14 % ), bawang merah (0,10 % ), dan beras (0,08 % ).

Peningkatan harga terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai hijau akibat gagal panen karena kondisi cuaca yang tak menentu dan wabah. Peningkatan harga juga terjadi pada angkutan udara karena melonjaknya harga avtur menyebabkan penyesuaian harga.

Di sisi lain, terdapat lima komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi terbesar di Kota Lhokseumawe. Antara lain ikan tongkol (-0,27 % ), minyak goreng (-0,16 % ), jeruk nipis (-0,04 % ), jeruk (-0,04 % ) dan telur ayam ras (-0,04 % ).

Harga ikan tongkol melanjutkan tren penurunan harga sejak bulan Juni akibat hasil tangkapan nelayan yang berlimpah. Sedangkan menurunnya harga minyak goreng disinyalir karena ketersediaan stok yang sudah mulai teratasi dan penurunan harga CPO dunia.

Pada Agustus 2022, Hunaqan memprediksi, Kota Lhokseumawe akan mengalami inflasi yaitu pada kisaran 0,10 % – 0,40 % (mtm). Prakiraan arah inflasi yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan sejumlah komoditas pangan strategis yang diprakirakan mulai membaik, meskipun jumlah ketersediaan yang masih terbatas.

Di sisi lain, peningkatan jumlah hasil tangkapan nelayan yang dipengaruhi faktor cuaca juga berkontribusi terhadap arah inflasi bulan Agustus. Kenaikan harga pada angkutan udara diprakirakan masih menjadi faktor pendorong risiko kenaikan inflasi seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara akibat kenaikan harga bahan bakar pesawat serta tetap tingginya tingkat permintaan, kata Gunawan.

Kpw BI Lhokseumawe bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus melakukan beberapa upaya untuk pengendalian inflasi, melalui rapat koordinasi bersama Tim TPID dan Satgas Pangan untuk mengidentifikasi perkembangan harga, pasokan dan upaya pengendalian inflasi.

“BI Lhokseumawe terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam forum TPID untuk pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Pengendalian inflasi dilakukan dengan menjaga empat aspek, yaitu Ketersediaan Barang, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif,” pungkas Gunawan. (*)

  • Bagikan