ACEH UTARA – Kisah Ismail (41) pekerja bengkel warga Desa Kumbang, Kecamatan Syamtalira Aron, Kabupaten Aceh Utara, menyulap oli bekas menjadi gas. Digunakan buat kompor sebagai ganti kompor gas untuk keperluan pribadinya.
Ide itu datang saat dia melihat oli bekas di bengkel tempatnya bekerja. Oli bekas itu kerap digunakan untuk bahan bakar tempel ban truk tronton.
“Itu kan kita bakas baut nempel ban bocor. Saya pikir, ini kan bisa juga bahan baku kompor. Maka, saya coba,†kata Ismail kepada wartawan di rumahnya, Rabu (2/2/2022).
Ismail lalu membeli blower satu unit untuk membuat kerangka kompor gas dari bahan besi. Panjangnya satu meter, dan dibagian ujung diletakkan tungku pembakaran.
Besi bagian atas itulah yang digunakan saluran untuk mengalirkan oli bekas, sedangkan bagian bawah digunakan blower untuk angin. Spuyer pun dipasang buat mengatur besar atau kecil bahan bakar yang dikeluarkan di tungku.
“Blower ini bisa kita beli di toko. Fungsi blower supaya api besar, dan asapnya keluar. Tapi harus seimbang antara keluarnya angin dengan oli. Kalau kebesaran api bisa mati, apabila kebanyakan oli nanti hanya keluar asap. Namun, untuk memanaskan bagian tungku masih butuh bahan bakar lain seperti kertas dan kayu guna memantik terbakarnya oli,†ujar Ismail.
Sedangkan pipa besi dia gunakan ukuran satu inci. Dia merogoh uang di kantong sebesar Rp 600.000 buat memproduksi kompor dari oli bekas itu. Harga jual oli bekas itu sangat murah hanya Rp 1.000 per liter.
Bahkan sejumlah bengkel memberikan secara gratis. Hasil ujicobanya, untuk memasak satu jam menghabiskan oli bekas sebanyak satu liter.
“Saya coba merebus air. Itu 10 menit sudah mendidih. Kalau pakai bahan gas itu lebih lama. Jadi sebenarnya ini lebih hemat. Cocoklah buat atasi kelangkaan gas,†katanya.
Sisi lain, sambung Ismail, kompor jenis ini cocok digunakan untuk memasak dalam jumlah besar seperti memasak untuk pesta atau bisnis masakan.
Sebulan terakhir dia menggunakan kompor dengan bahan baku oli bekas itu. Namun, sambung Ismail, produk itu belum dijualnya secara bisnis.
Ada teman minta dibuatkan di Aceh Tengah. Dia kasi uang Rp 1 juta untuk satu kompor,†katanya.
Untuk urusan produk masal, sambung Ismail, dirinya belum mampu karena terkendala pembiayaan. “Kalau pemerintah bisa bantu modal, mungkin ini bisa diproduksi massal lengkap dengan segala perizinannya,†pungkas Ismail. []