Durasi, Lhokseumawe – Pelajar Sekolah Dasar Negeri 1 Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, menggelar simulasi bencana alam gempa bumi. Kegiatan ini dilakukan bertujuan dalam rangka melatih kesiapsiagaan murid dan dewan guru dalam menghadapi darurat bencana.
” Ini bagian dari upaya Kita, karena didaerah Kita yang paling rawan secara geografis adalah gempa bumi. Makanya, Kita adakan simulasi untuk menuntun Anak-anak kelokasi yang aman disekolah, ” kata Efendi ketika ditemui Durasi disela-sela acara pelaksanaan simulasi yang berlangsung, Rabu (16/4).

Ia menjelaskan, dalam simulasi ini para guru dan Siswa-siswi terlebih dahulu melakukan kesepakatan bersama dengan menggunakan alarm sekolah, berupa bell untuk dijadikan perangkat atau alat komunikasi. Bunyi bell itu berfungsi sebagai sandi ketika terjadinya musibah bencana alam itu dikemudian hari.
” Bell disekolah berfungsi sebagai sandi ketika terjadinya gocangan gempa bumi disekolah. Dimana, bunyi bisa 1 kali ataupun 2 kali dengan maknanya tersendiri, ” ujar Efendi.

Disebutkan, untuk kode bunyi bell satu kali sebagai pertanda awal terjadinya gampa bumi. Pada saat itu guru dan murid langsung mencari perlindungan dibawah meja.
” Serangkaian proses belajar dan mengajar seketika berhenti total langsung berlindung dibawah meja. Hal ini untuk melindungi tubuh dari kemungkinan jatuhnya benda keras dari rerutuhan gedung atau sebagainya, ” jelasnya.

Selanjutnya, bell yang berbunyi dua kali bermakna situasi dinyatakan aman. Sehingga, guru bergegas memandu Anak-anak untuk keluar dari ruang belajar sambil mengambil tas untuk ditempatkan diatas kepala sebagai alat pelindung kemungkinan benda yang terjatuh dari rerutuhan bangunan sekolah.
” Ketika bell kedua itu Murid-murid dapat mengambil tasnya Masing-masing ke atas kepala. Ini penting sekali, sebab berbagai kemungkinan jatuhnya benda keras akibat gempa bisa saja terjadi saat bencana, ” paparnya.

Setelah itu, sambung Kepsek Efendi, Guru-guru dan Anak-anak langsung bergerak menuju jalur evakuasi dengan tujuan ke halamaan sekolah untuk menyelamatkan diri. Mengingat, halaman sekolah berada dilokasi yang luas tidak adanya bangunan sama sekali untuk mencegah resiko terjadinya bencana.
” Begitu sesampai dihalaman sekolah diberikan pengarahan kepada pelajar, sambil menunggu jemputan Orang Tua Wali murid. Jadi, peting sekali gladi atau simulasi bencana ini untuk mengantisipasi berbagai dampak yang bakal terjadi disaat terjadinya bencana tersebut, ” ungkapnya.

Pecahkan Rekor MURI
Efendi melanjutkan, kegiatan itu juga bagian dari komitmen SDN 1 Banda Sakti untuk mendukung Semarak Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) tahun 2025 yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 26 April. Hal ini dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan warga Satuan pendidikan dalam menghadapi bencana sesuai arahan dari Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB) dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
” Semarak HKB 2025 ini diadakan secara serentak diseluruh penjuru tanah air, sekira pada pukul 10.00 Wib. Kegiatan ini bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bertekad untuk memecahkan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai jumlah sekolah terbanyak yang melakukan Simulasi Penanggulangan Bencana di Satuan Pendidikan, ” pungkas Cek Gu yang kerap disapa panggilan akrab Pak Pen.