hit counter

Tangis Haru di Wisuda PNL: Ijazah Safira Diserahkan untuk Sang Ibu

  • Bagikan

LHOKSEUMAWE – Ditengah riuh tepuk tangan para wisudawan Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL) yang merayakan kelulusan angkatan ke-36 pada Ahad (19/10/2025), tiba-tiba suasana berubah hening.

Ketika nama Safira disebut oleh pembawa acara Bung Hatta, tak ada langkah kaki yang menuju ke panggung, hanya tatapan yang tertuju pada sosok seorang ibu yang perlahan berdiri.

Foto Safira terpajang jelas di layar lebar, namun gadis itu telah pergi untuk selama-lamanya. Meninggal dunia bulan lalu, dua pekan sebelum prosesi wisuda di program studi teknologi rekayasa jaringan telekomunikasi.

Anak pasangan Muslem Mahmud dan Yusnidar A Wahab, meraih Indeks Prestasi Kumulatif 3,21.

Yusnidar ditemani putrinya, adik almarhumah tak kuasa menahan tangis ketika namanya putrinya Safira dipanggil dalam prosesi wisuda di Gedung PNL.

Yusnidar ditemani putrinya, adik almarhumah saat menerima selembar ijazah tangannya bergetar yang diserahkan oleh Direktur PNL Dr (C). Ir. Rizal Syahyadi didampingi Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) PNL drg. Nadia Sartika dalam prosesi wisuda di Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL), Provinsi Aceh, Minggu (19/10/2025).

Tangannya bergetar saat menerima selembar ijazah dari Direktur PNL Dr (C). Ir. Rizal Syahyadi didampingi Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) PNL drg. Nadia Sartika, MKM.

Lembaran ijazah itu berpindah tangan dengan penuh khidmat, bukan sekadar dokumen akademik, melainkan simbol cinta, perjuangan, dan ketulusan seorang anak yang telah menunaikan amanah ilmunya hingga akhir hayat.

“Ananda Safira telah menuntaskan perjuangannya. Ia mungkin tidak sempat mengenakan toga ini, tetapi di sisi Allah SWT, ia telah mengenakan mahkota kemuliaan,” tutur Rizal akrab disapa Didi dengan suara bergetar, disambut keheningan dan isak haru hadirin yang menunduk dalam doa.

Dengan mata berkaca-kaca, Nadia Sartika, turut menyampaikan rasa haru dan penghormatannya. Ia mengatakan, momen ini menjadi pengingat bahwa cinta dan doa seorang ibu tak pernah berakhir, bahkan setelah kepergian sang anak.

“Kami turut merasakan duka sekaligus kebanggaan yang mendalam. Safira telah menunaikan amanah ilmunya dengan penuh ketulusan. Semoga ia mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan semoga ibunda beliau senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran,” ungkapnya.

Tangis Ibu Yusnidar pecah perlahan. Ia menerima ijazah itu dengan tangan gemetar, bukan karena kehilangan, melainkan karena kebanggaan yang tak terucapkan. Dalam tatapan matanya, tergambar kasih sayang yang abadi, kasih sayang yang menjembatani bumi dan surga.

Kini, nama Safira akan selalu dikenang di kampus tercinta PNL, bukan sekadar sebagai mahasiswa, tetapi sebagai simbol bahwa ilmu sejati tidak mengenal kematian. Ia mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah bentuk pengabdian, dan pengabdian yang tulus akan selalu mendapat tempat di sisi Tuhan. Ijazah itu mungkin kini tersimpan di tangan seorang ibu, tetapi maknanya telah menembus langit.

“Terima kasih atas ilmu yang diberikan buat almarhumah Saifra,” pungkas Yusnidar sambil menahan tangis.

  • Bagikan