BANDA ACEH – Menanggapi rencana Pemerintah Aceh yang akan mewajibkan kemampuan baca Al-Qur’an bagi siswa sekolah di seluruh Aceh, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Dr. Danial, menyatakan bahwa perguruan tinggi seharusnya berada satu langkah lebih maju dalam meneguhkan kekhususan Aceh sebagai daerah bersyariat Islam.
Menurutnya, jika pemerintah daerah berkomitmen memastikan generasi muda mampu membaca Al-Qur’an sejak jenjang sekolah, maka kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi harus menunjukkan keteladanan dan keunggulan moral-intelektual yang lebih luas.
“Perguruan tinggi, terutama pimpinan dan civitas akademika, bukan hanya dituntut memahami Al-Qur’an secara teknis, tetapi juga mampu mengamalkannya dalam kebijakan, manajemen, dan arah pengembangan kampus,” ujar Danial.
Dalam konteks tersebut, lembaga pendidikan tinggi, termasuk perguruan tinggi keagamaan Islam, harus menempatkan diri pada posisi yang lebih tinggi dari sekadar mengikuti kebijakan ini. Perguruan tinggi adalah lokomotif peradaban dan pusat perumusan nilai.
Oleh karena itu, kemampuan civitas akademika dan kepemimpinan rektoral tidak cukup diukur dari kapabilitas akademik semata, tetapi juga dari keteguhan moral, pemahaman keislaman yang mendalam, dan kemampuan mengartikulasikan nilai Al-Qur’an dalam kebijakan kampus.
Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya membangun ruang dialog terbuka dalam proses pengembangan kampus, salah satunya melalui debat publik calon rektor. Ia menilai mekanisme debat terbuka perlu dijadikan sarana untuk menampilkan visi, ide, dan program unggulan setiap calon rektor, sekaligus menguji seberapa realistis dan aplikatif rencana mereka terhadap kebutuhan kampus dan masyarakat.
“Debat calon rektor bukan sekadar formalitas, tetapi wadah untuk menakar gagasan terbaik yang akan membawa perguruan tinggi menuju tata kelola pendidikan yang berkualitas dan berkarakter. Dengan cara itu, publik juga dapat menilai sejauh mana calon rektor memiliki kemampuan akademik sekaligus teknokratik,” katanya.
Rektor UIN Lhokseumawe berpendapat bahwa dua gagasan penting ini—tes baca Al-Qur’an dan debat calon rektor—merupakan cerminan dari semangat membumikan kekhususan Aceh dalam dunia pendidikan. Ia menilai bahwa penguatan nilai-nilai keislaman harus berjalan beriringan dengan profesionalisme dan transparansi akademik.
Kepemimpinan akademik di lingkungan perguruan tinggi menuntut keseimbangan antara integritas, kecerdasan manajerial, dan kepekaan sosial. Selain itu, tes baca Al-Qur’an dan kebiasaan berdialog secara ilmiah adalah dua tradisi yang jika dimantapkan, akan menjadi penopang utama bagi lahirnya generasi Aceh yang beriman, berilmu, dan berkeadaban.












