BANDUNG – Masyarakat sipil dan media memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan demokrasi di Indonesia. Sebagai contoh masyarakat mengorganisir dirinya, dan menjadi bagian dari sumber rekrutmen jabatan kenegaraan.
Hal tersebut disampaikan Ketua KPU Hasyim Asy’ari saat hadir sebagai narasumber Bali Civil Society and Media Forum 2023 bertema “Can Election Rejuvenate Democracy?†yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri, di Bali, Selasa (28/11/2023). “Masyarakat sipil dan media telah memberi kontribusi besar dalam perkembangan demokrasi di Indonesia,†kata Hasyim.
Pada kesempatan tersebut, Hasyim memaparkan materi mengenai tahapan pemilu serentak tahun 2024 di Indonesia, dengan poin penting di antaranya tahapan pemilu, jumlah dapil, jumlah TPS, jumlah pemilih, data pemilih tetap (DPT) dalam negeri dan luar negeri, jumlah personel KPU, peserta pemilu partai politik dan calon presiden dan calon wakil presiden, regulasi, masa kampanye, dan data pemilih berdasarkan segmentasi usia.
Menurut Hasyim, pada dunia kepemiluan kehadiran masyarakat sipil dan media juga sangat strategis, bagaimana keduanya membantu menjaga transparansi proses-proses pemilu dari proses pemungutan dan penghitungan suara sampai dengan rekapitulasi dan penetapan pemilu secara nasional. “Yang pertama ada partisipasi dan kedua ada kompetisi, partisipasi dan kompetisi itu akan kelihatan di dalam pemilu, nah yang namanya partisipasi ini adalah keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepemiluan,†kata Hasyim.
Selain Hasyim, hadir sebagai pembicara Anggota Dewan Rakyat Malaysia Wong Shu Qi, Penasihat/Editor Cofact Thailand Kulachada Chaipipat, dan Jurnalis Senior Media Tempo Bambang Harymurti, dengan pemandu acara pemimpin redaksi The Jakarta Post Endy Bayuni. Mendampingi Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan, turut hadir Direktur IPD Kemlu, I Ketut Putra Erawan, Staf Ahli Menlu Bidang Manajemen, Acep Somantri, Ketua Dewan Pers Indonesia, Ninik Rahayu, Direktur WFD, Sir Anthony Smith dan Direktur Diplomasi Publik Kemlu, Ani Nigeriawati.
Peserta merupakan perwakilan masyarakat sipil, media dan mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Kamboja, Laos, Timor Leste, Australia, India, Nepal, Maladewa, Srilanka, dan Inggris. (kpu)