BANDA ACEH– Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah, menggelar zikir dan doa rutin pagi secara khusus bersama segenap unsur tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA), di area Ruang Pinere Covid-19, Rabu 1 Desember 2021.
Dalam kesempatan itu, mereka yang pernah dirawat dan bertugas di Ruang Pinere menceritakan pengalaman menjalani hari-hari memilukan kepada seluruh peserta zikir dan doa yang mengikuti secara virtual dari berbagai instansi dan sekolah di bawah kewenangan Pemerintah Aceh.
Seperti biasa, acara tersebut juga diikuti secara virtual oleh ASN Pemerintah di seluruh SKPA beserta UPTD di kabupaten/kota, seluruh guru SMA di Aceh, dan seluruh pegawai BUMD seperti Bank Aceh dan PT PEMA. Ada sekitar 800 partisipan virtual yang ikut hari. Setiap partisipan diisi lima sampai 10 peserta.
“Hari ini istimewa kita berada di komplek Pinere RSUDZA, dulu tidak terbayang bisa bikin acara di sini. Hari ini bisa kita lakukan karena pasien yang dirawat hanya tinggal satu orang,†ujar Sekda Aceh, Taqwallah, saat menyapa peserta zikir yang ikut secara virtual.
Pada kesempatan yang sama, Sekda Aceh meminta segenap unsur Pemerintah Aceh yang pernah dirawat maupun terlibat langsung dalam mengurus pasien di ruang Pinere RSUDZA untuk menceritakan pengalaman mereka.
Cerita dimulai dari Direktur RSUDZA, dr. Isra Firmansyah. Ia mengatakan, sebanyak 500 lebih pasien Covid-19 meninggal dunia yang dirawat di ruang Pinere RSUDZA belum sama sekali menerima vaksin. Ruang Pinere menjadi saksi bisu bagaimana lelahnya petugas kesehatan berjuang melawan Covid-19, dan bagaimana ganasnya virus corona menghantam pasien.
“Apabila masih mempercayai kami sebagai tenaga kesehatan, maka percayalah apa yang kami sampaikan. Tidak ada cara lain melawan covid ini, selain dengan prokes juga dengan vaksin Covid-19,†kata Isra.
Dokter spesialis paru ruang Pinere, dr. Heri mengatakan, dirinya melihat berbagai gejala pasien yang diserang virus corona, selama dua tahun bertugas menangani pasien Covid-19 di ruang Pinere RSUDZA. Umumnya mereka yang dirawat adalah pasien dengan gejala berat. Pernafasan pasien begitu berat akibat alat pernafasannya digerogoti virus corona.
“Kenapa kejadian seperti itu? Karena virus itu menyerang paru hingga rusak, sehingga kita tak bisa menghirup oksigen. Bila paru itu rusak total maka pasien bisa meninggal dunia. Bahkan merusak cepat dan menyerang organ lain, seperti ginjal, hati dan otak. Obat belum ada sampai saat ini, caranya hanya melalui vaksin agar anti bodi kita terbentuk, anti bodi itu akan melawan virus covid yang ada di tubuh kita,†ujar dr. Heri.
Pengalaman menjalani hari-hari sebagai pasien Covid-19 yang harus dirawat dan diisolasi di ruang Pinere RSUDZA, juga diceritakan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Abdul Hanan. Ia mengaku sedikit trauma saat kembali ke ruang Pinere tersebut. Hari-hari yang dirasanya sulit kembali terbayang dalam pikiran.
“Alhamdulillah berkat dukungan dan bantuan dokter kita bisa sembuh. Mari kita patuhi program vaksin pemerintah sehingga kita terhindar dari Covid-19,†ajak Hanan.
Kepala Ruangan Pinere, Marlina mengatakan, selama dua tahun bertugas di tempat pasien covid, dirinya harus terus berusaha menyemangati dan melakukan berbagai hal agar seluruh staf yang bertugas tetap semangat bekerja.
“Pada Juni lalu saya terpapar covid. Alhamdulillah, karena sudah vaksin gejalanya tidak berat dan isoman hanya empat hari. Melawan Covid-19 ini hanya dengan tiga hal, doa, prokes, dan vaksin,†ujar Marlina.
Penanggungjawab oksigen Ruang Pinere, Salahuddin Alayyubi, juga menceritakan bagaimana letihnya ia bersama rekannya dalam memasok oksigen kepada pasien yang dirawat karena terpapar Covid. Bahkan pernah mereka harus sampai menunda makan karena harus menjaga waktu penggantian oksigen baru sebab begitu banyaknya pasien. Salahuddin berharap, masyarakat dapat segera melakukan vaksinasi Covid-19. Sebab ia tak ingin ruang rawat pasien Covid-19 kembali penuh seperti beberapa waktu lalu.
Petugas Pemularasan Jenazah Covid-19, Ustad Yusbi Yusuf, menceritakan pengalaman pilu saat memandikan jenazah pasien covid-19 dari ruang Pinere RSUDZA. Pernah satu waktu dalam satu hari, tidak berselang lama saat sedang memandikan salah satu jenazah, masuk telepon untuk memandikan jenazah lainnya. Dan hal tersebut berulang sampai tiga kali dalam satu hari.
“Saya sangat shok hari itu, apakah akan ada lagi setelah ini? karena itu kami sangat berharap kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi covid-19,†kata Ustad Yusbi.
Cerita pilu dalam bertugas menangani pasien Covid-19 juga diceritakan oleh sopir ambulan. Ia mengatakan, mengantarkan jenazah pasien covid-19 berbeda dengan pasien sakit lainnya.
“Kami harus mengenakan baju hazmat agar bisa mengantar jenazah Covid-19, kadang selama dalam perjalanan saat mengantar jenazah ke daerah kami tidak makan, kami takut singgah karena banyak orang akan takut melihat kami,†kata sopir ambulan tersebut.
“Kami tak ingin lagi ada jenazah covid. Karena itu kami mengharapkan masyarakat ikut vaksin dan terapkan protokol kesehatan,†ujar dia. []