ACEH – Imigran Rohingnya mengaku membayar US$1.000 atau sekitar Rp15,5 juta untuk bisa diselundupkan dari Myanmar ke Indonesia.
Hal itu diketahui dari pengakuan sejumlah imigran Rohingya yang tertangkap polisi Bangladesh. Mereka menggunakan jasa penyelundup manusia untuk bisa kabur dari kamp.
“Sejumlah imigran Rohingya yang ditahan polisi Bangladesh memberi tahu AFP mereka telah membayar masing-masing sekitar US$1.000 kepada penyelundup manusia untuk perjalanan menggunakan perahu ke Indonesia,” dikutip dari AFP, Sabtu (25/11/2023).
Meski sudah membayar mahal, para pengungsi Rohingya gagal kabur ke Indonesia. Polisi Bangladesh menangkap mereka saat hendak berlayar dari Teknaf, pelabuhan kecil di perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Polisi Bangladesh menghentikan 58 orang pengungsi Rohingya pada Jumat (24/11) malam. Mereka hendak diselundupkan ke Indonesia oleh dua orang warga Bangladesh.
“Di antara mereka ada sembilan orang laki-laki, 16 orang perempuan, dan 33 anak-anak. Kami menahan dua penyelundup manusia yang diduga menuntun mereka,” kata Kepala Kepolisian Teknaf Osman Goni.
Sebelumnya, gelombang pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Indonesia. Ada sekitar 1.000 orang pengungsi yang datang ke Aceh dalam sepekan terakhir.
Dalam sepekan, sudah lima kapal pembawa warga Rohingya yang berlabuh di Aceh.
Kapal pertama pada 14 November 2023 berlabuh di pantai Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie dengan membawa 194 Rohingya.
Kapal kedua pada 15 November 2023 di pantai Gampong Kulee, Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie dengan membawa 147 Rohingya.
Kapal ketiga pada 16 November 2023 sebanyak 249 mendarat di Jangka, Kabupaten Bireuen. Tetapi masyarakat menolak kehadiran Rohingya. Alasannya, pada 16 Oktober 2023 sebanyak 36 imigran Rohingya mendarat di pantai Peudada, Bireuen tidak ada ditemukan kapal mengangkut Rohingya. Masyarakat menduga imigran Rohingya itu sengaja diantar oleh orang tertentu.
Setelah diberikan bantuan logistik berupa makanan, kapal tersebut ditarik kembali ke laut lepas, hingga imigran Rohingya kembali berlabuh mendarat di pantai Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara. Masyarakat Ulee Madon juga menolak kehadiran Rohingya.
Kapal keempat pada 19 November 2023 mendarat di Kabupaten Pidie, sebanyak 232 Rohingya.
Kapal kelima dilokasi terpisah pada 19 November 2023 di Kabupaten Aceh Timur dengan membawa 36 warga Rohingya.
Pada 19 November 2023, kapal Rohingya yang ditolak masyarakat Jangka Bireuen, dan Ulee Madon Aceh Utara, kembali berlabuh di Samuti, Gandapura, Kabupaten Bireuen.
Terakhir pada 21 November 2023, sebanyak 200 Rohingya berlabuh di Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Selasa malam (22/11/2023) pukul 23.00 WIB.
Penolakan dari warga lokal mulai bermunculan. Salah satunya penolakan warga di Ujung Kareung, Sabang terhadap kedatangan ratusan Rohingya di pantai.
Pagi tadi, Rabu (23/11) sebanyak 222 orang Rohingya yang terdampar di Pulau Sabang tiba di Lhokseumawe.
Mereka direlokasi menggunakan sejumlah bus sejak Selasa malam (22/11) dari pelabuhan Ule Lheu, Banda Aceh.
Pemerintah Aceh menyampaikan penanganan Rohingya akan ditangani oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Politik Hukum dan HAM.
Pemerintah Aceh mengimbau pada masyarakat agar bersabar menunggu proses relokasi yang sedang berjalan, mengingat lebih dari seribu orang pengungsi rohingnya itu sudah mendarat di Aceh dalam sepekan terakhir.
Saat ini dilokasi penampungan sementara bekas gedung imigrasi Lhokseumawe, selain dari Sabang, juga ada gelombang pengungsi Rohingya lainnya yang terdampar dalam sepekan terakhir.
Dari tiga gelombang pengungsi Rohingya tersebut, menurut data sementara UNHCR ada sebanyak 514 pengungsi yang ditempatkan selama tiga bulan kedepan di Lhokseumawe.
Izin penggunaan gedung itu sesuai surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Imigrsi, tentang pemanfaatan sementara eks kantor Imigrasi untuk menampung Rohingya.
Kapasitas gedung itu tak sanggup menampung seluruh warga Rohingya. “Kalau lebih 300 orang di sini, kami khawatir roboh itu gedung,” kata Kepala Seksi Teknologi Informasi Keimigrasian, Imigrasi Kelas II TPI Lhokseumawe, Izhar Rizky, Sabtu (25/11).
Rizky juga menceritakan, tahun sebelumnya gedung tersebut pernah digunakan untuk menampung warga Rohingya. Namun, mereka tidak merawat gedung dengan baik. Bahkan terkesan kumuh dan jorok.
“Begitu meninggalkan gedung ya begitu saja. Langsung pergi dengan kondisi jorok,†pungkas Rizki. (afp/kompas/durasi)