Aceh Utara — Medan berat, aliran sungai, serta akses jalan yang terbatas tidak menghalangi tim kemanusiaan gabungan Universitas Malikussaleh (Unimal), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menjangkau pengungsi di Paya Rubek, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara — salah satu titik yang sebelumnya sempat terisolir.
Kolaborasi ini menjadi bukti solidaritas lintas institusi dalam merespons bencana, khususnya bagi warga di wilayah sulit dijangkau. Dari Unimal, kegiatan diikuti Tim Tanggap Darurat Unit Kebencanaan Fakultas Kedokteran (FK) dan IKA FK, berkolaborasi dengan tim Academic Health System (AHS) UGM, Tim Tanggap Darurat UNS, serta MER-C.
Sebelum bergerak, tim melakukan koordinasi dan pelaporan resmi kepada Health Emergency Operation Center (HEOC) Aceh Utara sebagai bagian dari sistem komando tanggap darurat. Seluruh personel berkumpul di Posko Tanggap Darurat Unit Kebencanaan FK Unimal di Kampus Reulet untuk briefing, pembagian tugas, dan muat logistik.
Rombongan kemudian menuju Paya Rubek dengan rute memutar melalui Kabupaten Bireuen dan Kecamatan Makmur karena akses langsung dari Sawang masih terganggu. Tantangan bertambah ketika tim harus melintasi jalur sungai berkontur terjal dan berbatu. Satu unit kendaraan MER-C terpaksa diparkir di tepi sungai karena tidak memungkinkan melintas.
Sebagian personel akhirnya berjalan kaki menyeberangi sungai dan melewati jembatan gantung sambil membawa peralatan medis dan logistik hingga tiba di lokasi pengungsian. Kedatangan mereka disambut Geuchik Desa Gunci dan Kepala Dusun Paya Rubek, yang menyampaikan kondisi warga serta kebutuhan mendesak.
Di lokasi, tim langsung memberikan pelayanan kesehatan terpadu, pendistribusian logistik, layanan psikososial bagi anak-anak, serta pemberian makanan bergizi untuk balita dan ibu hamil. Fokus utama diarahkan pada kelompok rentan agar tetap memperoleh layanan dasar meski berada di wilayah sulit.
Pada kegiatan yang berlangsung Kamis (25/12/2025) tersebut, tercatat 73 pengungsi mendapat layanan kesehatan: 8 anak-anak, 48 dewasa, dan 17 lansia. Keluhan terbanyak meliputi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, gangguan pencernaan seperti dispepsia, serta sejumlah luka akibat material saat banjir. Layanan psikososial diikuti sekitar 120 anak dan beberapa pengungsi dewasa.
Meski jumlahnya tidak besar, cakupan layanan di Paya Rubek dinilai strategis karena lokasi ini sebelumnya sulit dijangkau dan berisiko luput dari pelayanan dasar. Kehadiran tim lintas universitas dan organisasi kemanusiaan tersebut menegaskan komitmen bahwa tidak ada warga yang ditinggalkan, sekalipun berada di titik paling terpencil.
Kolaborasi Unimal, UGM, UNS, dan MER-C menunjukkan sinergi akademisi dan relawan mampu bergerak cepat, terkoordinasi, dan adaptif dalam situasi darurat, guna memastikan keselamatan, kesehatan, serta ketahanan psikososial masyarakat terdampak bencana.[]












