BANDA ACEH – Zulfadhli resmi menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) sisa masa jabatan 2019-2024.
Pelantikan Zulfadhli asal Bireuen menggantikan Saiful Bahri alias Pon Yaya dilaksanakan di ruang paripurna DPR Aceh, Banda Aceh, Kamis (19/10/2023).
“Di balik kemuliaan atas jabatan ini, ada tanggung jawab yang besar atas diri saya untuk menyukseskan dalam menahkodai lembaga ini dalam sisa masa periode 2019-2024,” kata Zulfadhli dalam pidato perdananya selaku Ketua DPR Aceh.
Zulfadhli dalam sambutannya juga berharap agar para koleganya di DPR Aceh dapat turut membantu memberikan saran dan masukan dalam menjalankan tugas-tugas kelembagaan di lembaga legislatif Aceh.
Dia menilai hal tersebut menjadi agenda penting dirinya sebagai Ketua DPR Aceh agar tujuan memakmurkan serta menyejahterakan rakyat Aceh dapat tercapai sebagaimana menjadi cita-cita seluruh anggota dewan di Aceh.
Selain itu, Zulfadhli juga mengkritik terkait peryataannya Dr Otto Syamsuddin di media.
“Salam pada pak Otto Syamsuddin yang ngomong di media ya,” kata Zulfadhli akrab disapa si Abang.
Suara tegas Zulfadhli dengan menyebutkan nama Otto Syamsuddin mendadak viral melalui media Tik Tok.
Namun hingga berita ini dipublis, masih melakukan upaya konfirmasi kepada Ketua DPRA Zulfadhli.
Sementara itu, Dr Otto Syamsuddin saat dikonfirmasi terkait viralnya video di Tik Tok namanya disebut pada pidato perdana Zulfadhli menyampaikan, pertama sekali saya mengucapkan terima kasih atas apresiasi Zulfadhli akrab disapa si Abang pada saya dalam pidato pelantikannya sebagai Ketua DPRA.
Zulfadhli yang diusulkan oleh elite Partai Aceh, Muzakir Manaf akrab disapa Mualem, Malek Mahmud, dan Radak.
Namun, Zulfadhli hanya menanggapi puncak gunung es dinamika politik Aceh sekarang. Artinya hal yang direspon relasi antara Parnas dan Parlok.
“Memang anggota parnas bisa beranggotakan ganda, yakni parnas dan parlok sekaligus. Tapi hal itu tidak menjelaskan adanya peralihan sikap politik PA dari berafiliasi ke Gerindra dan sekarang cenderung ke PDIP. Gejala itu terlihat pada pencalegan Sofyan Daud ke DPRI via PDIP.
Juga penyalegan Dahlan mantan ketua DPRA yang juga dilengserkan elite PA dari kursi ketua DPRA, lalu nyaleg via PDIP. Tapi uniknya, Pon Yaya membangkang dari skenario politik itu, menolak berkasnya ketika diminta oleh elite PA utk didaftarkan sebagai caleg PDIP. Ada apa?,” kata Otto.
Bila kita lihat dari perspektif skenario politik pemilu 2024 nasional, bahwa afiliasi politik PA sudah beralih dari Gerindra ke PDIP. Itu juga menunjukkan elite PA sudah menjadi bagian dari sindikasi parnas untuk mengobrak abrik PA itu sendiri.
Menurut Otto, ajakan Zulfadhli untuk bersama membangun Aceh menjadi tabeu (tawar). Karena Zulfadhli sedang menjalankan skenario nasional untuk Aceh, atau sebaliknya, skenario Aceh untuk nasional, ungkap Dr Otto. []