durasi.co – Pada zaman yang terus berkembang seperti sekarang ini, semua sektor dari setiap industri juga terus mengalami perkembangan. Jika semula perusahaan hanya memikirkan keuntungan dan kepentingannya sendiri, saat ini setiap perusahan dituntut untuk melakukan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial.
Suatu perusahaan mempunyai tanggung jawab dengan menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar perusahaan agar diterima lingkungan sekitar. Perusahaan membutuhkan wadah yang didasari oleh nilai-nilai etika dan penghargaan bagi karyawan, masyarakat, dan lingkungan, yaitu sebuah program tanggung jawab sosial, kata Head of Stakeholder Management & Media Relation BSI Aceh, Dian Budi Wijaksono di Banda Aceh, Minggu (8/7/2024).
Masyarakat global saat ini menginginkan kemajuan ekonomi tanpa merusak lingkungan yang ada. Namun pada faktanya, dalam beberapa dekade terakhir, Suriani et all (2016) menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi secara global tidak bisa dilepaskan dari perilaku dan gaya hidup (life style) individu dan kelompok masyarakatnya.
Gaya hidup dan perilaku sosial individu dibangun berdasarkan pengetahuan dan sikap sosial yang selama ini berada dalam lingkungannya. Gaya hidup yang tidak memikirkan kelestarian alam berkembang dan dianut oleh hampir seluruh masyarakat dunia sebelum kemudian muncul masalah lingkungan yang serius.
Masyarakat merasa bahwa alam merupakan sesuatu yang dapat dieksploitasi karena alam dapat memperbaharui dirinya sendiri tanpa bantuan dari manusia.
Gaya hidup seperti yang dijelaskan di atas, menjadi concern dari semua pihak, karena jika ini terus dibiarkan maka akan menghancurkan generas-generasi berikutnya. Melihat hal itu semua, perlu dibangun gaya hidup yang berkelanjutan atau gaya hidup yang sustainable atau yang disebut juga sustainable life style, dimana upaya yang mendasarkan perilaku pada kehidupan yang berkelanjutan, tidak hanya kesehatan dan pola hidup personal tetapi juga gaya dan pola hidup yang berkaitan dengan proses penjagaan kelestarian alam. Berangkat dari isu keberlanjutan dimana sumber daya yang tersedia saat ini semakin menipis sehingga diperkirakan hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk beberapa generasi mendatang.
Hal ini mengakibatkan segala aktifitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya harus dilakukan dengan bijak dan penuh pertimbangan, inilah yang disebut sebagai sustainable lifestyle.
Loa et all (2015) menjelaskan bahwa sustainable lifestyle berangkat dari teori sustainable development, yaitu suatu konsep yang memiliki semboyan “Doing More with Lessâ€.
Semboyan ini berarti bagaimana melakukan segala sesuatu aktifitas, dengan menghemat penggunaan sumber daya yang digunakan tetapi tidak mengurangi kualitas dari aktifitas itu sendiri.
Sustainable lifestyle merupakan gaya hidup berkelanjutan, yang berarti memikirkan segala konsekuensi jangka panjang akan setiap hal yang dilakukan sehingga seseorang dapat melakukan segala sesuatu dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab.
Susanto (2015) memaparkan bahwa gaya hidup berkelanjutan (Sustainable Lifestyle) merupakan segala aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya secara bijak dan penuh pertimbangan untuk menjamin ketersediaannya dimasa yang akan datang.
Sehingga diharapkan penerapan sustainable lifestyle harus memiliki konsep efektif dan efisien. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Nielsen tahun 2018 menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sustainable lifestyle dikalangan masyarakat sudah meningkat. Dalam survei tersebut dijelaskan bahwa 85% generasi milineal dan 80% GenZ menganggap penting adanya peranan brand/perusahaan dalam melangsungkan program-program yang mendukung sustainable lifestyle.
Hal ini berarti, kepedulian masyarakat terus bertumbuh dari hari ke hari. Melihat gaya hidup yang semakin berkembang, tentu harus seiring dan sejalan dengan menjaga kelestarian alam sekitar.
Menjaga alam untuk generasi selanjutnya merupakan prinsip mendasar dari sustainable lifestyle. Gaya hidup berkelanjutan (Sustainable Lifestyle) merupakan gaya hidup yang menguntungkan generasi saat ini dan generasi mendatang. Gaya hidup yang berkelanjutan tentu berada di tangan manusia, bukan mesin, sehingga manusia memiliki kendali untuk mengoptimalkan metode dalam gaya hidup berkelanjutan.
Pada dasarnya, gaya hidup yang berkelanjutan terletak pada produk, perilaku dan aktivitas yang memenuhi kebutuhan makhluk hidup tanpa mengurangi dan mengubah akses sumber daya untuk generasi yang akan datang. Menerapkan gaya hidup berkelanjutan, berarti menjaga kehidupan saat ini dan kehidupan pada masa mendatang. (*)