hit counter

Dari Gayo, Armiyadi Bawa Asa Kopi Merajai Dunia

  • Bagikan
Hamparan kebun Asa Kupi Gayo Milik Armiyadi. Foto : Ist

” Aktivitas semua kegiatan di Gayo itu mengacu pada kopi, ketika panen kopi maka perputaran ekonomi itu sangat tinggi. Kopi ini adalah darah dan nafas masyarakat Gayo “

Durasi, Aceh Tengah – Kumparan hawa sejuk yang dingin seakan membeku keluar dari kaki Gunung Leuser, Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, sekira pukul 10.00 Wib, Rabu Pagi (10/9). Asap kawah yang mengepul dibalik lereng seakan memanggil seorang lelaki paruh baya, Armiyadi, untuk merajut Asa kopi Gayo hingga mendunia.

Seorang lulusan Sarjana Kehutanan (S.Hut) itu terlihat begitu aktif menginspirasi generasi muda untuk menjadi petani kopi yang profesional dan memiliki gaya hidup yang menyenangkan, menghasilkan, mengubah pandangan bahwa petani kopi adalah profesi mulia. Sebuah harapan besar bagi warganya dimasa yang akan datang.

” Aktivitas semua kegiatan di Gayo itu mengacu pada kopi, ketika panen kopi maka perputaran ekonomi itu sangat tinggi. Kopi ini adalah darah dan nafas masyarakat Gayo, ” ucap Armiyadi ketika berbincang dengan Durasi dikediamannya terletak di Kampung Atu Gajah, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah.

Kebun ini berada di ketinggian 1.650 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL). Letaknya begitu strategis dikelilingi pemandangan wisata alam Danau Lut Tawar.

Dia, tidak hanya mengelola kebun tetapi juga aktif dalam perdagangan kopi mentah hingga kopi siap saji, Sampai-sampai buah tangannya itu berkiprah dalam geliat ekspor ke mancanegara. Mula-mulanya omzet tahun pertamanya hanya Rp7 juta hingga cuannya bertambah signifikan menjadi miliaran pertahun.

” Kualitas kopi Gayo itu tertinggi ketimbang negara lain, ini nyata dan diakui oleh dunia. Kopi ini Kita pamerkan diajang Event-event nasional hingga luar negeri, rasanya nikmat tiada tara,” ungkapnya dengan nada bersemangat kala membawa Indonesia juara dikancah internasional beberapa taahun lalu.

Armiyadi merupakan generasi ketiga dalam keluarganya yang menjadi petani. Warisan ini telah dimulai oleh kakeknya dan dilanjutkan oleh ayahnya. Armiyadi dengan bangga meneruskan tradisi ini dengan menjadi petani seperti pendahulunya.

” Kami berkomitmen untuk menjadi produsen kopi terbaik di Indonesia dan berusaha untuk menjaga keberlanjutan produksi kopi ini. Standar Kami jelas, sehingga dilirik industri kopi di seluruh nusantara, ” paparnya.

Biji arabika kopi Gayo. Foto : Ist

Mantan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berstatus pensiun dini itu senantiasa memprioritaskan profesionalitas dalam keberlanjutan bisnis, yang utama sistem harus ramah lingkungan demi menyelamatkan petani lokal. Pertumbuhan kopi harus didukung sambil berkolaborasi menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan petani itu sendiri.

Didalam Wikipedia bahasa Indonesia  penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa oleh seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia ke Batavia (Jakarta). Penyebaran selanjutnya dari tanaman kopi tersebut sampai juga ke kawasan Dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah. Dari masa kolonial Belanda hingga sekarang kopi gayo khususnya telah menjadi mata pencaharian pokok mayoritas masyarakat dikota dingin bernama Gayo.

Pada Oktober 2020 lalu, menjadi titik balik sosok bertubuh gempal yang santai diajak ngobrol itu. Awalnya ide kecil Armiyadi untuk mendirikan usaha pengolahan kopi bermula dengan meminjam dan memperbaiki mesin roasting rusak dari Dinas Perkebunan Aceh Tengah. Ia, menaruh harapan besar pada masa depan kopi Gayo dan memilih nama “ASA” atau lengkapnya Asa Kopi Gayo yang berarti sebuah harapan.

Disana, dirinya melibatkan diri dalam semua tahapan kegiatan kopi mulai dari penanaman di kebun, proses pengolahan, pengemasan, hingga proses pemanggangan di dataran tinggi Gayo. Dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki, Asa Kopi Gayo mampu menghasilkan kopi berkualitas tinggi yang telah dikenal dan diakui oleh para pecinta kopi.

Dalam setiap upaya yang dilakukan, Asa Kopi Gayo selalu menjaga keaslian dan kelestarian budaya Gayo, sehingga Melalui Asa Kopi dirinya mengkumpulkan kopi cery dari anggotanya dan mengolahnya menjadi kopi green bean dan kopi bubuk. Semua proses pengolahan kopi dilakukan di Gayo Takengon, Aceh Tengah.

Momen Ketika dikunjungi turis mencanegara. Foto : Ist

Ekspor Kopi

Asa Kopi Gayo telah sukses melakukan ekspor ke empat negara, yaitu Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan, dan China. Dalam upaya memperluas pasar, perusahaan kopi ini telah menjadi penyuplai terpercaya bagi konsumen di luar negeri.

Bahkan, lanjut Armiyadi, Amerika Serikat sebagai salah satu tujuan utama ekspor menunjukkan tingginya permintaan akan kopi Gayo yang berkualitas tinggi dan memiliki cita rasa khas. Sementara itu, pasar di Korea Selatan, Taiwan, dan China juga menunjukkan potensi yang besar bagi produk kopi Gayo.

20, dilakukan ekspor pertama kopi Gayo ke Amerika. Ini merupakan langkah penting dalam memperluas pasar dan meningkatkan keberlangsungan industri kopi Indonesia.

Asa Kopi Gayo mengirimkan kopi gayo specialty dengan scor cupping minimal 85 ke atas ke Amerika sebagai produk ekspornya. Kopi ini merupakan varian kopi gayo yang sangat istimewa dengan kualitas yang tinggi. Dengan mencapai scor cupping di atas 85, kopi ini memiliki cita rasa yang kaya dan kompleks, serta aroma yang menggoda.

Asa kopi Gayo menjadi terkenal setelah memenangkan kompetisi Sumatra prestige cup pada tahun 2019. Kopi gayo yang mereka ajukan berhasil meraih peringkat pertama dengan skor 88,84 dalam proses wethulling, dan peringkat kedua dengan skor 88,69.

” Keberhasilan ini membuat permintaan untuk mengekspor kopi tersebut ke terbuka lebar Amerika. Mereka bangga akan prestasi ini dan bersemangat untuk menghadirkan cita rasa kopi gayo yang istimewa ke pasar internasional, ” papar eks Sekretaris Desa (Sekdes) di Kampung halamannya itu.

Sebaliknya, untuk dalam negeri Asa merajut kerjasama menjadi mitra bisnis , mulai PT. Anomali Coffe dan JJ Royal Coffe. Dua perusahaan terbesar ini semuanya mengandalkan pasokan dari kopi Gayo.

Pemasaran itu dimudahkan tidak lepas dengan seiringnya era digital zaman sekarang. Media Sosial (Medsos) tentu menjadi andalan utama antrinya pelanggan kopi dari dunia maya diseluruh penjuru negeri dan luar negeri, mulai istagram, Facebook, WhatShap, Tik-tok, Twitter, dan lainnya.

Tanam kopi berjejeran dilereng perbukitan. Foto : Ist

Tanam Pagar

Disamping Itu, Armiyadi juga menuturkan, budidaya kopi harus dengan pola sistem tanam pagar. Ini tentu memerlukan beberapa tahapan penting untuk memastikan hasil yang optimal, mulai dengan pembibitan bibit kopi unggul yang sehat.

Selanjutnya, buka lahan dengan pemilihan lokasi yang tepat dan desain kebun yang ideal, seperti penanaman dalam barisan teratur. Penanaman dilakukan dengan jarak antar tanaman yang cukup agar sirkulasi udara tetap baik.

Sistem tanam kopi dengan jarak tanam pagar memainkan peranan penting dalam meningkatkan hasil pertanian kopi. Jarak tanam dalam baris biasanya berkisar antara 50 hingga 100 cm, dengan 80 cm menjadi yang paling umum. Sementara itu, untuk jarak antar baris atau lorong, pilihan yang tersedia adalah 2,5, 3, atau 3,5 meter.

Penentuan jarak ini sangat dipengaruhi oleh varietas kopi dan tingkat kesuburan tanah. Di Indonesia, jarak antar baris yang paling populer adalah 3 meter, sementara di Brasil, jarak ini bisa mencapai 4 meter. Perencanaan yang cermat dalam penentuan jarak tanam akan mendukung pertumbuhan tanaman kopi yang optimal serta memudahkan dalam peremajaan di masa depan.

 

Pameran event kopi internasional. Foto : Ist

Petani Sumringah

Pelaku dunia usaha ditanah Gayo yang bercocok tani berkebun kopi diperkirakan, terus mengalami peningkatan mencapai ribuan orang. Dengan total lahan mencapai 110.000 Hektare areal, meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.

” Bertani sekarang dengan teknologi, semuanya menjadi simpel dan tak sulit. Kami dibimbing dan didampingi untuk mencapai hasil produksi yang melimpah, karena sejak berumur 2 tahun sudah panen. Jika hujan Kita punya alat canggih yang bisa tetap berproduksi setiap hari, ” ucap salah seorang petani kopi Aceh Tengah, Kasmidan (38).

Kasmidan bersama rekannya Amrisali, berencana memperluas lahan kopi setelah mendulang rupiah yang lumayan besar dari menjual kopi. Semuanya dilakukan secara rapi, terstruktur dan profesional.

” Kami dan petani lainnya di Gayo sangat bahagia dengan kehadiran Bang Armiyadi, yang memang terus mendampingi Kita disini bercocok tanam kopi hingga panen. Dan, alhamdulillah panennya luar biasa, ” tuturnnya.

Dunia kopi ini mendapat perhatian serius dari Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe, Prabu Dewanto. Ia, komit mendukung dan mendorong pengembangan industri kopi Aceh. Khususnya Kopi Gayo, untuk memperkuat pasar ekspor dalam meningkatkan perekonomian daerah.

Ia menyoroti pentingnya tiga pilar utama seperti rantai pasok, kualitas produk, dan branding, serta mendukung inovasi manajemen bisnis UMKM dan regenerasi petani untuk menjaga keberlanjutan komoditas kopi tersebut.

” BI mendukung penuh, agar nantinya bisnis kopi ini mampu menembus pasar ekspor dunia. Sinergisitas antara eksportir, UMKM, dan pemerintah diperlukan sekali untuk membuka peluang pasar yang lebih luas bagi kelangsungan kopi Aceh, ” tutur Prabu Dewanto.

Seraya menambahkan, sekarang BI fokus melakukan pembinaan untuk petani milenial dan perempuan, demi menjaga keberlanjutan komoditas unggulan ini.

Kopi Gayo dalam sejarahnya begitu melegenda hingga kesohor dimasa penjajahan Kolonial Belanda. Armiyadi, menjadi sang Maestro yang membawa energi dan warna baru inspirasi pelaku dunia usaha lewat kapal layarnya bernama Asa Kopi Gayo. Sukses selalu Bung!

  • Bagikan