ABK Bukan untuk Dikasihani, Saatnya Bangkit dan Bersinar

  • Bagikan
Oleh : Qadrun Nada
Mahasiswi Universitas Malikussaleh, Prodi Psikologi, Fakultas Kedokteran
________________________________________Pendahuluan
Dalam kehidupan sosial kita, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) masih sering diposisikan sebagai kelompok yang layak untuk dikasihani. Padahal, pandangan tersebut sesungguhnya tidak hanya keliru, tetapi juga membatasi ruang gerak dan potensi mereka. ABK bukan untuk dikasihani, melainkan untuk diberdayakan dan diberi ruang untuk berkembang. Sudah saatnya kita mengubah pola pikir dari belas kasihan menjadi penghargaan terhadap kemampuan mereka. Karena pada dasarnya, setiap anak, termasuk ABK, punya potensi untuk bersinar.
________________________________________
Melampaui Label: Mereka Juga Punya Impian
Terlalu sering, kita menilai ABK hanya dari keterbatasan yang mereka miliki. Anak dengan hambatan intelektual, autisme, tunanetra, atau gangguan bicara kerap kali mendapat label yang tidak adil, bahkan sebelum diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka. Padahal, setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda, yang tak selalu bisa diukur dari cara pandang umum.
Beberapa dari mereka mungkin tidak pandai dalam hal akademik, tetapi luar biasa dalam seni, olahraga, atau bahkan dalam memahami perasaan orang lain. Dunia ini tidak hanya butuh orang cerdas secara intelektual, tapi juga butuh kepekaan, kreativitas, dan ketulusan — kualitas yang sering kali dimiliki ABK secara alami.
________________________________________
Kisah Inspiratif dari Mereka yang Tak Menyerah
Kita tidak kekurangan kisah inspiratif dari ABK yang membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi. Misalnya, dalam sebuah pameran seni bertajuk “Bangkit Menjadi Bintang” di Surabaya, sejumlah ABK menampilkan karya lukisan yang menggetarkan hati. Mereka tidak hanya menuangkan warna, tapi juga harapan, kegigihan, dan ekspresi diri yang kuat.
Pameran lukisan bertajuk “Bangkit Menjadi Bintang” yang diselenggarakan oleh Autism Awareness Indonesia (AAI) Jawa Timur di Galeri Merah Putih Surabaya, bukan sekadar ajang seni, tetapi menjadi wadah pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk mengekspresikan diri, membangun kepercayaan diri, dan menghapus stigma sosial. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menggali potensi tersembunyi dalam diri ABK melalui pendekatan seni visual yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan masing-masing anak.
Di sisi lain, kita juga mendengar cerita tentang anak dengan autisme yang berhasil menembus kejuaraan catur nasional, atau siswa tunarungu yang menjadi pembicara publik. Mereka semua membuktikan satu hal: mereka tidak ingin dikasihani, mereka ingin dimengerti dan diberi kesempatan.
________________________________________
Peran Kunci Lingkungan: Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat
Kesuksesan ABK dalam menjalani hidup tidak bisa dilepaskan dari dukungan lingkungan sekitar. Di sinilah pentingnya kolaborasi antara tiga pihak utama:
1. Keluarga sebagai garda terdepan, harus menjadi ruang yang penuh penerimaan dan semangat.
2. Sekolah, khususnya yang menerapkan pendidikan inklusif, harus menyediakan metode pengajaran yang adaptif dan menghargai perbedaan.
3. Masyarakat perlu menciptakan lingkungan sosial yang ramah, bebas stigma, dan terbuka terhadap keberagaman.
Ketika ketiganya bersinergi, maka ABK bukan hanya bisa beradaptasi, tapi juga berkembang, bahkan melampaui ekspektasi.
________________________________________
Saatnya Mengubah Narasi
Selama ini, narasi tentang ABK kerap berpusat pada “kekurangan”. Padahal, kita bisa menggeser narasi itu menjadi kisah tentang ketangguhan, keunikan, dan semangat yang luar biasa. Mengasihani hanya membuat mereka merasa kecil. Tapi, ketika kita percaya dan memberi ruang, mereka bisa menunjukkan versi terbaik dari diri mereka.
Mengutip pepatah, “Anak-anak bukanlah gelas kosong yang harus diisi, tetapi api yang harus dinyalakan.” Begitu juga dengan ABK. Mereka bukan beban, bukan masalah, melainkan api kecil yang siap menyala jika dijaga dengan benar.
________________________________________
Penutup
Anak Berkebutuhan Khusus bukan untuk dikasihani. Sudah saatnya kita berhenti melihat ABK sebagai “istimewa dalam keterbatasan”. Mereka adalah individu yang punya potensi, impian, dan hak yang sama seperti anak lainnya. Saatnya kita berhenti melihat keterbatasan, dan mulai merayakan kelebihan serta perjuangan mereka.
Mari bersama menjadi bagian dari perubahan. Dukung, dampingi, dan beri ruang. Karena ABK juga bisa bangkit. Bahkan, mereka bisa bersinar lebih terang dari yang kita bayangkan.
#ABKBangkit #AnakBerkebutuhanKhusus #PendidikanInklusif #DukungABK #BangkitDanBersinar
________________________________________
CatatanPenulis:
Tulisan ini dibuat untuk menginspirasi kita semua agar lebih inklusif dalam bersikap terhadap anak-anak yang tumbuh dengan kondisi berbeda. Karena pada akhirnya, kualitas sebuah masyarakat bisa dilihat dari caranya memperlakukan yang paling rentan. (***)
  • Bagikan