PUPL Aceh Timur Siap Bantu 1.000 Petani Sawit Capai Keberlanjutan

  • Bagikan
Acara Training of Trainer Kelapa Sawit Berkelanjutan & Sosialisasi NDPE untuk 45 Tenaga Penyuluh & Petani Pelopor/Penyuluh Swadaya Kabupaten Aceh Timur di Idi, Kamis (14/12/2023). dok/PUPL Aceh Timur

ACEH TIMUR – Satuan Tugas (Satgas) Pusat Unggulan Produksi Lestari (PUPL) menggelar kegiatan Training of Trainer Kelapa Sawit Berkelanjutan dan Sosiaslisasi No Peat And No Explotation (NDPE/Tanpa Deforestasi, Tanpa Gambut, dan Tanpa Eksploitasi) bagi 45 tenaga penyuluh perkebunan dan petani pelopor/penyuluh swadaya di Kabupaten Aceh Timur, Kamis (14/12/2023).

Sejalan dengan itu, Pemerintah Aceh sebelumnya juga telah meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan RSPO-ISPO di Jakarta, 22 November 2023. Peta jalan ini menjadi tonggak penting untuk mencapai produksi sawit Aceh yang berkelanjutan, bebas deforestasi serta ramah lingkungan.

Koordinator Satgas PUPL, Ibrahim, SP, dalam sambutannya mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan kegiatan perdana yang dilaksanakan pihaknya pasca terbentuk usai penandatanganan Nota Kesepahaman PPI Compact (Production, Protection and Inclusion), 30 Agustus 2023 lalu.

Pembentukan Satgas PUPL diprakarsai oleh Pemkab Aceh Timur dengan DPRK Aceh Timur, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) III Wilayah Aceh, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Aceh, Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Forum Konservasi Leuser dan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Aceh Timur.

“Salah satu tugasnya adalah merealisasikan target-target MoU PPI Compact. Di bidang Produksi, selain bidang Proteksi dan Inklusi, adalah peningkatan produksi sawit Aceh Timur secara keseluruhan. Pelatihan ini adalah pondasi atau langkah awal untuk mencapai target tersebut sehingga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani kita,” katanya.

Ibrahim yang juga Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Aceh Timur ini menambahkan, setelah kegiatan ini pihaknya akan segera melaksanakan sosialisasi lanjutan terhadap 1.000 petani sawit yang telah dilakukan pendataan di Kecamatan Rantau Peureulak dan Peunaron.

“Untuk tahap awal ya, dan kita akan berjuang hingga akhirnya bisa sampai ke tahapan sertifikasi RSPO-ISPO. Penyuluh serta petani pelopor ini kita harapkan dapat membantu memberikan pemahaman tentang sawit berkelanjutan di tengah masyarakat,” imbuhnya.

Sementara Pj Bupati Aceh Timur dalam sambutannya yang diwakili Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, M. Khairurradi menyebut industri sawit merupakan bagian integral dari ekonomi global sekaligus berperan penting dalam perekonomian nasional dan telah berhasil berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja produktif dan kesempatan kerja, ketahanan pangan, ketahanan energi, serta barang konsumsi.

“Tantangan terbesar dari sisi produksi adalah bagaimana meningkatkan volume dan nilai sejumlah komoditas unggulan Aceh Timur sebagai basis pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan petani kecil. Melihat data yang ada, kelapa sawit kita masih memiliki potensi peningkatan produksi, tanpa harus melalui pembukaan lahan baru apalagi sampai harus merusak hutan,” jelasnya. []

  • Bagikan