Cuaca Tak Menentu, M Isa Tetap Produksi Garam di Pesisir Pantai Bluka Teubai

  • Bagikan

ACEH UTARA – Muhammad Isa Amin, di usianya yang sudah 65 tahun masih kuat bekerja sebagai petani garam di Dusun Cot Bak Ue, Gampong Bluka Teubai, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.

Saat dijumpai Jurnalis Durasi.tv, Kamis (15/12/2022) Muhammad Isa sedang memasak dan menjemur garam bersama istrinya. “Tempat produksi garam ini dimulai pada tahun 2018 lalu setelah saya mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Sumatera Utara,” katanya.

Muhammad Isa Amin, Petani Garam di Dusun Cot Bak Ue, Gampong Bluka Teubai, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara. durasi/Rahmat Mirza

Muhammad Isa menjelaskan proses pembuatan garam itu tergantung dengan kualitas air laut. Sehingga, tidak semua daerah pantai atau air laut dapat digunakan untuk produksi garam. Jika suatu daerah berdekatan dengan muara sungai, air laut dapat sudah tercampuri air tawar sehingga menyebabkan kualitas garamnya menurun atau bahkan susah untuk menghasilkan garam.

“Proses yang saya lakukan saat ini masih tradisional. Air garam supaya bisa mengkristal diperlukan konsentrasi antara 25 – 29° Be. Jika konsentrasi air di bawah 25°Be maka Kalsium Sulfat akan banyak mengendap. Sedangkan jika konsentrasi air tua lebih dari 29°Be maka Magnesium akan banyak mengendap,” jelasnya.

Kemudian, Muhammad Isa menyebutkan, setelah menyedot air laut, ia tampung dalam tandom yang sudah dilapisi kertas plastik. Untuk bisa menghasilkan garam tergantung dengan cuaca, jika cuacanya mendukung maka garam itu akan mengkristal selama 15 hari.

“Jika sedang musim hujan seperti saat ini, garam yang didapatkan sangat kurang, hanya 150 Kg per Tandom, jika musim panas capai 300 Kg. Untuk saat ini, hanya tiga Tandom yang bisa produksi garam, yang lainnya hanya digunakan untuk penampungan air. Bibit Garam yang telah jadi di tandom tadi kemudian dimasak dan di jemur jika digunakan untuk konsumsi, Kalau garam untuk pupuk sawit dan padi itu tidak lagi di masak,” sebut M. Isa.

Muhammad Isa Amin, Petani Garam di Dusun Cot Bak Ue, Gampong Bluka Teubai, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara. durasi/Rahmat Mirza

Tambahnya, setelah menjadi Garam siap produksi, Ia menjualnya ke para agen yang diambil langsung ke tempatnya dengan harga 1 Kilogram Rp 7.000. Ia juga menyuplainya ke sejumlah kios yang ada di Kecamatan dewantara.

“jika cuacanya baik dan air laut mendukung, maka dalam 15 hari bisa menghasilkan uang lebih kurang 5 juta dalam 15 hari, tetapi jika sebaliknya itu terkadang satu bulan hanya 2 juta,” tutur Muhammad Isa.

Ia berharap, agar pemerintah bisa membantu petani garam dengan melakukan pelatihan dan pemberdayaan di daerahnya.[]

  • Bagikan