ACEH – Menuju ke Makam Pahlawan Nasional Cut Nyak Meutia sangat tidak mudah, bahkan Kapolres Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto bersama Personel Jajaran harus menaklukkan semak belukar dan lumpur selama lima jam perjalanan.
Napak tilas pria nomor satu di jajaran Polres Lhokseumawe ini bersama personel dimulai dari rapat PJU Polres Lhokseumawe tentang berziarah dan juga pemugaran makam, sekaligus melakukan kunjungan di cagar budaya rumah Cut Meutia untuk mempelajari sejarah Cut Nyak Meutia, kemudian dilanjutkan dengan pembelian bahan dan alat untuk pemugaran makam Cut Nyak Meutia.
Pada 22 Oktober 2022, AKBP Henki Ismanto bersama personel berangkat dari Mapolres ke pos pertama yaitu Gunung Angkop selama satu jam setengah perjalanan. Setelah sampai di Gunung Angkop, personel bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan.
“Perjalanan ke makam sangat sulit dilalui, selama lima jam perjalanan kita harus melewati gunung, bukit, hutan serta jalan yang berlumpur untuk sampai di pos kedua Jembatan Gantung.
Setelah beristirahat selama 30 menit, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki mengarungi sungai selama 45 menit sambil membentangkan Bendera Merah Mutih sepanjang 50 meter untuk sampai ke makam,” kata Kapolres.
Lulusan Akpol tahun 2004 ini menyadari, bahwa perjuangannya bersama personel untuk mencapai Makam Cut Nyak Meutia itu tidak sebanding dengan perjuangan Sang Mutiara Nusantara yang telah mengusir penjajah Belanda. Namun, rasa lelah terbayar ketika rombongan tiba di Makam Cut Nyak Meutia. Kemudian, lantunan doa pun dibacakan untuk Sang Pahlawan Nasional dari Aceh tersebut. Selain itu, juga dilakukan peletakan prasasti, pemugaran, dan penancapan bendera merah putih.
Setelah rangkaian kegiatan itu selesai, personel bersiap-siap untuk kembali ke rumah. Kendati tubuh tidak sanggup digerakkan lagi, tetapi terkalahkan dengan rasa rindu rumah dan keluarga yang sedang menunggu sehingga perjalanan yang penuh tantangan itu pun terlewati.
Cut Nyak Meutia salah satu pejuang Aceh dalam memperebutkan Kemerdekaan Indonesia, sejarah kehidupan yang dilaluinya menjadi mutiara yang tetap kemilau di seluruh penjuru Nusantara. Cut Nyak Meutia lahir di Keureutoe 15 Februari 1870 dan gugur dalam Medan pertempuran di Alue Kurieng pada tanggal 24 Oktober 1910 dalam usianya 40 tahun. []