LHOKSEUMAWE – Aceh terkenal sebagai daerah penghasil kopi (arabika) ternama di Indonesia. Kopi Aceh menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia dengan peminat dari berbagai negara.
Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe mendorong komoditas kopi dari Aceh agar mampu mengungkit perekonomian kawasan lewat ekspor green bean (biji) kopi.
Aceh menjadi salah satu daerah pengekspor kopi terbesar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat nilai ekspor salah satu komoditas yang dikirim ke luar negeri adalah kopi pada Maret 2025 sebesar USD 57,03 juta dikutip durasi.co, Rabu (10/9/2025).
Plt Kepala BPS Aceh Tasdik Ilhamudin mengatakan, nilai ekspor dari Aceh mengalami kenaikan 5,72 persen dibanding Februari lalu. Nilai itu juga mengalami kenaikan 10,23 persen bila dibandingkan Maret 2024,” kata Tasdik.

Kepala KPw BI Lhokseumawe Prabu Dewanto mengatakan, potensi kopi Aceh tak main-main, terutama di dua daerah yang terkenal sebagai penghasil kopi Aceh terbesar yakni di Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Sebagaimana diketahui, Aceh menjadi salah satu daerah pengekspor kopi terbesar, di samping batu bara, rempah dan minyak nabati (sawit). Kopi Aceh menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia dengan peminat dari berbagai negara mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat.
“Potensi kopi di Aceh yang sangat besar ini perlu dijaga. Kami terus mendorong dari hulu ke hilir agar kopi Aceh terus meningkat baik dari sisi produksi maupun pangsa pasarnya sehingga semakin berdampak pada perekonomian,” kata Prabu di Lhokseumawe, pada Selasa (18/2/2025).
Angka itu naik sekitar 2 kali lipat dibanding nilai ekspor kopi pada November 2024 yang sebesar US$7,66 juta. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa penting peran kopi bagi perekonomian Aceh.
Prabu mengatakan KPw BI Lhokseumawe saat ini terus mendorong agar petani kopi di Aceh mampu meningkatkan produktivitas kebunnya dengan target bisa menembus hingga 1,5 ton per hektare atau dua kali lipat dari kemampuan tingkat produksi saat ini.
“Salah satu UMKM binaan kami telah 3 tahun belakangan mengembangkan cara tanam kopi yang mirip dengan Brazil. Kalau ini berhasil, kita bisa meningkatkan produktivitas hingga 1,5 ton per hektare,” kata Prabu.
KPw BI Lhokseumawe sejauh ini membina 77 UMKM dan pondok pesantren yang tersebar di 10 kabupaten/ kota di wilayah kerjanya. Pembinaan UMKM dan ponpes bertujuan untuk meningkatkan peran keduanya dalam perekonomian.
Ketua kelompok Tani Sara Tangke Jemalin mengatakan, secara resmi sudah melakukan pelepasan ekspor kopi via udara ke empat negara, sebanyak 1,4 ton kopi ini langsung dilakukan Bupati Aceh Tengah, dan Kepala KPwBI Lhokseumawe, di Galeri Kopi Gayo Kelompom Sara Tangke Desa Tarwadi, Kecamatan Kuta Panag, Aceh Tengah, pada Desember 2021 lalu.
Ekspor via udara ini merupakan rekor terbesar se-Aceh dan bahkan se-Indonesia dengan muatan mencapai 1,4 ton yang di kirim ke empat negara sekaligus, diekspor ke Inggris, Jepang, Malaysia, dan Taiwan.
Jemalin juga mengucapkan terima kasih atas kolaborasi Pemda Aceh Tengah dan BI Lhokseumawe yang telah membina kelompoknya hampir empat tahun. “Sehingga keberhasilan ekspor ini dapat dilaksanakan,” ujarnya.