” Dedi Irfansyah itu enggak mengerti pendidikan, kok bisa begitu alergi diwawancarai wartawan ketika peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ke-136 “
Durasi, Lhokseumawe – Sikap Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Lhokseumawe, Dedi Irfansyah, yang terkesan alergi dengan wartawan disikapi kalangan pemerhati pendidikan. Plt itu dinilai tidak mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pejabat publik.
” Dedi Irfansyah itu enggak mengerti pendidikan, kok bisa begitu alergi diwawancarai wartawan ketika peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ke-136. Padahal, seharusnya ini menjadi momentum bagi dirinya meperkenalkan dan menyuarakan tentang pendidikan itu sendiri, ” sesal Pemerhati Pendidikan Lhokseumawe, Teuku Anwar Haifa dengan nada kecewa kepada Durasi, Selasa ((6/4).
Ia mengungkapkan, Pimpinan Disdikbud itu dinilainya tidak berkompeten dan sekaligus tak memiliki tanggung jawab dalam memajukan dunia pendidikan. Buktinya, ketika ditanyakan wawancara oleh media memilih cuek tanpa ada kepedulian sama sekali.
” Tidak ada kapasitas sama sekali sebagai Plt Kadisdikbud, malah pilih menghindar alias bungkam diwawancarai. Bagaimana dirinya mampu memajukan dan mebangkitkan dunia pendidikan sementara kenyataannya begitu timpang, tak ada satu katapun bersuara terkait pendidikan disini, ” ujar Anwar Haiva dengan nada prihatin.
Sebut Dia, kapasitas Dedi memimpin pendidikan di Lhokseumawe diragukan dan harus ditinjau ulang kembali. Perihal ini menjadi perhatian serius Pemko Lhokseumawe, agar dapat dihindari berbagai kemungkinan terburuk bila Pimpinan dinas itu masih terus dipertahankan disana.
” Ini menjadi salah satu cacatan merah Pemko atas kinerja Plt Kadisdik yang sedemikian rupa. Pak Walikota, Sayuti Abubakar tentu sudah mengetahuinya, Kami berharap banyak sama beliau yang memang adalah orang yang terpelajar dan bijak dalam memahami berbagai persoalan, ” pinta Anwar Haiva yang merupakan sesepuh didunia pendidikan yang memiliki latar belakang sebagai politisi di DPRK Lhokseumawe era 1990-an hingga 2000-an.
Ia melanjutkan, disiplin ilmu yang dimiliki Dedi Irfansyah juga lahir bukan dari kualifikasi pendidikan, yaitu lulusan Sarjana Teknik dan Megister Teknik. Jadi, memungkinkan untuk dievaluasi dari jabatannya sekarang.
” Saat menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (PU dan BPBD) juga kualitasnya biasa-biasa saja. Dan, malah ketika dipercayakan sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) begitu kelam dan tragis membiarkan gunung sampah menjulang tinggi berhari-hari akibat tak pernah diangkut di Gampong Tumpok Teungoh, jadi sah-sah saja untuk ditinjau ulang, ” harap Anwar Haiva.

Bungkam
Sebelumnya Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Kota Lhokseumawe, Dedi Irfansyah, terkesan memilih bungkam ketika diwawancarai awak media pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025. Plt SOrganisasi Perangkat Daerah (OPD) itu memilih asyik berselfie bersama peserta usai upacara Hardiknas, ketimbang menyuarakan tentang kondisi pendidikan didaerahnya.
Bahkan, dirinya dengan tegas beralasan tidak bersedia melayani konfirmasi para pekerja pers kendati hanya dimintai waktu beberapa menit. Sambil berlalu dengan langkahnya yang cuek, Dedi berdalih harus mengikuti rapat dikediaman Walikota Lhokseumawe, Sayuti Abubakar bertempat di Guest House, sekira pukul 09.30 Wib, Jum’at Pagi (3/5).
” Keu pue wawancara, hana suah keudeh ? (untuk apa wawancara, gak usah saja). Lon neuk jak rapat bak Guest House Pak Walikota ? (Saya mau pergi rapat di Guest House Pak Walikota), ” tolaknya dengan logat bahasa Aceh.
Sorotan dan Kecaman
Ketua Harian Dewan Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Aceh (DPP-PWA), mengecam sikap Dedi yang alergi terhadap wartawan. Ia meminta, Walikota Lhokseumawe, Sayuti Abubakar, untuk mencopot jabatan Plt Kadisdikbud tersebut.
Pernyataan senada juga disoroti Poltisi Gerindra DPRK Lhokseumawe, Alfia, bahwa pejabat publik harus terbuka dengan pers. Apalgi, kala itu sedang peringatan hardiknas tentu harus menyuarakan kelangsungan pendidikan dalam menghadapi tantangan era digitalisasi.