Aceh Utara – Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Aceh Utara menyelenggarakan acara Diseminasi Hasil Riset dan Kajian Ilmiah terkait Akses Pangan dan Prevalensi Stunting tahun 2024. Acara ini berlangsung di Aula Bappeda Kabupaten Aceh Utara dan dihadiri oleh 40 peserta dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) terkait.
Acara ini menghadirkan dua narasumber utama. Dr. Suryadi, SP, MP, menyampaikan hasil kajian terkait akses pangan di Aceh Utara. Ia menekankan bahwa stunting merupakan masalah multidimensi yang berpotensi memengaruhi kecerdasan generasi mendatang. Dr. Suryadi juga menjelaskan bahwa kurangnya akses pangan dan kegagalan diversifikasi pertanian di Aceh Utara menjadi faktor utama yang menyebabkan tingginya angka stunting dan obesitas di wilayah tersebut.
Narasumber kedua, Deassy Siska, S.Si, M.Sc, memaparkan kondisi stunting di Aceh sejak tahun 2013 serta rekomendasi kebijakan yang telah dianalisis. Beberapa poin penting dalam rekomendasinya antara lain:
- Regulasi Ketahanan Pangan Daerah: Perlu adanya regulasi berupa Peraturan Bupati tentang Ketahanan Pangan Daerah serta penyusunan roadmap ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan, keterjangkauan, akses, pengolahan, dan pemanfaatan pangan.
- Kampanye Kesadaran dan Perubahan Perilaku: Mengedukasi masyarakat terkait pola asuh dan pola makan melalui sosialisasi, edukasi, dan promosi di tempat-tempat strategis.
- Penguatan Kader dan Aparatur Desa: Pembinaan kader kesehatan desa dan aparatur gampong melalui bimbingan teknis dan penyuluhan terkait pemanfaatan dana desa untuk ketahanan pangan dan penanggulangan stunting.
- Digitalisasi Manajemen Data: Penguatan manajemen data dengan sistem informasi pangan dan stunting yang terintegrasi dari tingkat desa hingga kabupaten.
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Aceh Utara, Muhammad Taufieq, SE, MSE, dalam sambutannya menyatakan bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah nyata dalam penanganan stunting di Aceh Utara. Menurutnya, Bappeda berperan penting dalam memastikan bahwa hasil riset digunakan secara efektif oleh pemerintah daerah untuk mendukung kebijakan pembangunan yang tepat sasaran dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Dalam diskusi, Tri Rahayu DS dari Dinas Kesehatan Aceh Utara menyoroti perlunya penambahan bidan desa di lokus-lokus stunting. Ia juga menyoroti masalah dalam distribusi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang seharusnya diperuntukkan bagi balita kurang gizi, namun sering kali dikonsumsi oleh keluarga secara umum, sehingga tujuan program tidak tercapai.
Menutup acara, Kepala LPPM Universitas Malikussaleh, Dr. Ir Mawardati, M.Si, menyatakan bahwa meskipun Aceh Utara tergolong daerah dengan ketahanan pangan yang cukup, faktor ekonomi, budaya, dan psikologis masih menjadi penghambat akses pangan yang efektif, sehingga stunting masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. “Inilah akar permasalahan yang akan kita cari solusinya melalui kebijakan yang tepat,” ujarnya.[]