Gunakan DD Rp108 Juta, Warga Protes Pembangunan MCK di Lhoksukon Diduga Mangkrak

  • Bagikan
Puluhan warga Gampong Buloh LT, Kecamatan Lhoksukon, meninjau lokasi pembangunan MCK yang diduga mangkrak. Foto: durasi.co
Puluhan warga Gampong Buloh LT, Kecamatan Lhoksukon, meninjau lokasi pembangunan MCK yang diduga mangkrak. Foto: durasi.co

ACEH UTARA- Masyarakat di Dusun Buket Ulee Blang, Gampong Buloh LT, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, mempertanyakan atau memprotes pembangunan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) diduga mangkrak. Pasalnya, bangunan fisik yang dikerjakan menggunakan Dana Desa/APBN Tahun 2023, sampai saat ini (2024) belum tuntas dibangun.

Berdasarkan papan proyek tertulis “Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Direktoral Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat” program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) jenis kegiatan “Pembangunan MCK” volume 4×6 meter, dengan sumber dana dari APBN Tahun Anggaran 2023 senilai Rp.108.000.000.

Pantauan media ini, Sabtu, 1 Juni 2024 tampaknya di lokasi bangunan tersebut masih setengah pengerjaan dan belum tuntas 100 persen. Lokasi bangunan itu tepatnya di meunasah (surau) gampong setempat. Puluhan warga juga ikut meninjau ke tempat MCK yang diduga terbengkalai itu, mereka secara bersama-sama menjelaskan terkait proses pembangunan setengah jadi itu kepada tim media yang turun ke lokasi tersebut.

Salah seorang warga Gampong Buloh LT, Kecamatan Lhoksukon, Hasan Basri, kepada wartawan, Sabtu, mengatakan, pihaknya mempertanyakan terhadap pembangunan MCK tahun anggaran 2023 senilai Rp108 juta, yang sampai saat ini (Juni 2024) belum selesai dikerjakan. Sedangkan waktu pelaksana tercantum pada papan informasi proyek itu selama 120 hari kalender tahun 2023.

“Sejauh ini kita melihat pembangunan itu belum selesai pengerjaannya. Padahal, anggaran untuk bangunan itu pada 2023, tetapi sekarang sudah tahun 2024 belum jelas arah kegiatan tersebut, dan belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat gampong,” kata Basri.

Menurut Basri, sejauh ini belum ada pengerjaan lanjutan terhadap pembangunan MCK yang menelan uang Rp100 juta lebih itu. Pada dasarnya masyarakat gampong (desa) meminta keuchik (kepala desa) bisa bekerja secara transparan dengan masyarakat, sehingga tidak ada kesalahpahaman di tengah masyarakat, karena ini merupakan pekerjaan proyek desa maka warga patut mempertanyakan untuk kejelasannya.

“Ini bukan berarti kami curiga terhadap keuchik terkait pengelolaan anggaran, tapi hanya saja meminta penjelasan mengapa pembangunan fisik itu hingga kini masih terlihat terbengkalai dikarenakan kegiatan tahun lalu,” ucap Basri.

Selain itu, Basri menyebutkan, ada jenis kegiatan pembangunan gedung Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) volume 4×10 meter dengan total dana Rp.84.000.000., bersumber Dana Desa/APBN tahun 2022, dan tidak selesai dibangun pada tahun tersebut. Tetapi dilanjutkan kembali pada 2023 dengan jumlah anggaran sebesar Rp.54.073.474., untuk menuntaskan pembangunan itu.

“Artinya, dalam satu bangunan dua kali dialokasikan dengan tahun berbeda. Sebenarnya masyarakat hanya ingin meminta kejelasan saja dari keuchik supaya bisa lebih terbuka tentang Dana Desa (DD),” ungkap Basri.

Hal senada juga diungkapkan Wakil Ketua Tuha Peut Gampong Buloh LT, Abdurrahman, yang mempertanyakan tentang pompanisasi yang dikerjakan pihak aparatur desa. Jika dilihat dari bangunan fisik untuk pompanisasi yang berada di dekat sungai (Krueng) Peuto itu merupakan bangunan dasar yang direnovasi sedikit, yang menghabiskan anggaran pada 2023 senilai Rp.95.000.000. Mesin pompa tersebut dibangun agar penyaluran air ke persawahan warga bisa lancar, namun yang menjadi pertanyaannya adalah dana sebesar itu hanya direnovasi bagian dinding beton dan jembatan penghubung antara tanggul sungai ke pompanisasi.

“Jenis kegiatannya pemeliharaan rumah pompanisasi, pasang dinamu dan amper listrik. Kemudian, pada tahun yang sama dianggarkan kembali untuk rumah pompanisasi atau pemasangan pipa jaringan saluran irigasi dengan jumlah biaya Rp.44.739.800. Sedangkan pipa yang dipasang itu punya lama, tidak ada pemasangan baru. Meski demikian, juga dialokasin anggaran lagi untuk pengerjaan tersebut. Maka hal-hal seperti ini yang dapat menimbulkan kecurigaan masyarakat Gampong Buloh LT terhadap kepala desa,” ungkap Abdurrahman.

Keuchik Gampong Buloh LT, Kecamatan Lhoksukon, Salimin, saat dikonfirmasi, Sabtu malam (1/6) via pesan WhatsApp, terkait persoalan tersebut belum merespons.

“Nanti saya jawab ya, karena ini sedang di jalan (perjalanan),” kata Salimin.

Namun, pihak Polsek Lhoksukon di bawah Polres Aceh Utara sempat memanggil Salimin untuk memediasi terkait persoalan tersebut antara masyarakat gampong setempat, Senin, 3 Juni 2024.

“Pertemuan keuchik bersama pihak Polsek saat itu tidak ada menemukan titik temu, tujuannya adalah untuk memediasi berkenaan masalah pembangunan MCK dan gedung BUMG di desa. Karena masyarakat menduga ada kejanggalan dalam proyek itu. Tetapi tentang hal ini kami sudah melaporkan kepada Camat Lhoksukon kemarin (Rabu, 5/6), mudah-mudahan nanti ada tindak lanjut,” kata salah seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya kepada durasi.co, Kamis, 6 Juni 2024.

Sementara itu, Salimin selaku Keuchik Gampong Buloh LT, Kecamatan Lhoksukon, saat dikonfirmasi wartawan, Kamis, terkait proyek pembangunan di desa yang diduga bermasalah. Bahkan, Salimin mempertanyakan kembali kepada wartawan dari mana diperoleh informasi tersebut.

“Bak soe neu teume droneuh bang (dari mana didapatkan informasi itu bang?). Kalau itu saya minta maaf sebesar-besarnya, jadi itu harus dikonfirmasi dengan orang (warga) yang memberi laporan tersebut. Karena kalau saya sendiri tidak masalah, sudah dulu ya karena sedang di jalan,” ungkap Salimin. []

  • Bagikan